Rabu, 26 Februari 2014

Objek Wisata Pantai di Pulau Bangka.. Amazing and come join us

1.) Pantai Matras

100_0054_277 
Pantai landai berpasir putih halus sepanjang 3 km dilatarbelakangi pepohonan kelapa dan aliran sungai alami. Terletak di desa Matras, Kelurahan Sinar Jaya, Kecamatan Sungailiat, yang terletak disebelah Timur Laut Pulau Bangka. Pantai ini amat indah dan landai. Pasirnya putih dan halus. Panjangnya mencapai 3 km dan lebar 20 -30 meter. Pantai ini dilatarbelakangi pepohonan kelapa dan aliran sungai alami, hingga sering disebut sebagai Pantai Surga. Pantai ini merupakan pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
The beach is located in Matras Village, Sinar Jaya Urban Village of Sungailiat District, or at the northern east area of Bangka Island. The beach has sloppy beach with white sand beautiful panorama. The beach spand 3 km long and 20-30 m wide. The beach has palm plant background and natural river flow generally called as Heaven's Beach and is the most visited beach in Bangka Regency.

2.) Pantai Tanjung Pesona

dscf0001_277 
Pantai ini terletak di Desa Rambak, Kecamatan Sungailiat. Berjarak 9 km dari kota Sungailiat. Pantai ini berada di tengah tempat antara Pantai Teluk Uber dan Pantai Tikus. Pantai ini mempunyai panorama laut lepas, di atas tanjung dengan bebatuan yang besar. Pantai ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas wisata, dengan klasifikasi hotel berbintang tiga.
Located in Rambak Village, Sungailiat District about 9 km from the city of Sungailiat. The beach is located in between Teluk Uber Beach and Tikus Beach. This beach has open sea panorama over the bay and has also been completed with tourism facilities including 3 stars rated hotel.

3.)Parai Beach Resort

Parai BeachKomplek wisata ini dilengkapi fasilias hotel bintang 4 dilatarbelakangi taburan formasi batu karang. Terletak di Desa Matras, Kelurahan Sinar Jaya, Kecamatan Sungailiat. Pantai ini telah dilengkapi fasilitas wisata dengan klasifikasi hotel berbintang empat dan berbagai sarana hiburan.
The beach is located in Matras Village , Sinar Jaya Urban Village of Sungailiat District. This beach has been completed with various tourism facilities, including four stars rated hotels and other leisure facilities.

4.) Pantai Batu Bedaun


Batu BedaunTerletak di kampung Bukit Kuala, Kelurahan Sinar Jaya, Kecamatan Sungailiat. Pantai ini cukup unik, bersebelahan dengan Pantai Parai Tenggiri, dan mempunyai ciri khas adanya pohon yang tumbuh diatas batu.
Located in Kampung Bukit Kuala, Sinar Jaya Urban Village of Sungailiat district. This beach is quite unique, situated side by side with Parai Tenggiri Beach marked with a tree grows out of rocks..

 

5.)Pantai Rebo

pantai_rebo_277 
Dengan perbukitannya yang indah, menjadikan pantai ini banyak dikunjungi wisatawan berbagai penjuru. Some beautiful hills make some tourist from other side come to this beach.

6.) Pantai Tikus

img_0238_277
Pantai ini terletak di Desa Rebo Kelurahan Kenanga, Kecamatan Sungailiat. Pantai ini masih alami, cukup menarik untuk kunjungi. Bentuk pantainya yang cekung, berpasir putih nan halus, yang sangat memikat wisatawan untuk datang berkunjung lagi.
Tikus beach is located in Rebo Village, Kenanga Urban Village, Sungailiat District. Tikus beach still preserve its naturality and much visited by tourism. The coast is decorated with smooth white sandand is indeed very attractive for tourist enjoy.

7.) Pantai Teluk Uber

teluk_uber_277Pantai ini terletak di Desa Rambak Kelurahan Srimenanti, Kacamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. Pantai ini mempunyai luas 25 Ha, dengan pemandangan yang indah dan berpasir putih dilengkapi dengan fasilitas hotel.
Located in Rambak Village, Srimenanti Urban Village of Sungailiat District. The area of this beach reaches 25 ha with beautiful panorama and white sand equipped with hotel facilities.

8.) Pantai Romodong

romodong_277Lokasinya berada di daerah Belinyu, Bangka utara, sekitar 77 km dari Sungailiat. Di pantai ini, para wisatawan dapat menyaksikan peristiwa terbenamnya matahari. Ini dikarenakan lokasi pantainya yang menghadap ke Barat. Panjang keseluruhan pantai mencapai 4 km. Lautnya landai, berpasir putih dan halus. Airnya bening bak kristal.

The location  is  in Belinyu area , north Bangka  77 km from Sungailiat. In this beach the tourists can  see  a sunset fenomenal.  Because this location is  face  to west.  All beach have 4 km distance.  If we go to this beach we can see white and soft sand here. this beach have a pure water like crystal.

9.) Pantai Penyusuk

PenyusukTerletak di Desa Penyusuk kecamatan Belinyu dengan pantai yang landai dan alami serta dihiasi dengan bebatuan. Pantai ini banyak di kunjungi para wisatawan karena keindahan pantainya serta kejernihan airnya.
The natural and sloppy beach is marked by the clarity of its water surrounded by exotic isles where sea-turtle lays its eggs. The beach is located in Bukit Ketok Village, Belinyu district, about 77 km from Sungailiat

 

10.) Pantai Air Anyir

aik_anyer_277Pantai Ini terletak di Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Pantai ini berjarak ±15 km darl Kota Sungalliat arah ke Pangkal Pinang. Di sini, sering diadakan Upacara Rebo Kasan sebagai ucapan syukur dan do'a kepada Tuhan YME sebelum pergi ke laut untuk mencari ikan.
This sloppy beach decorated with unique rock formation is the center Rebo Kasan Ritual, located in Air Anyir Village, Merawang District about 15 km from Sungailiat.

Sumber : (http://www.bangka.go.id/content.php?id_content=pantai)

Pulau Bangka, Pulau Sejuta Cerita dan Akulturasi Budaya




Pulau Bangka adalah pulau besar yang dikeliling oleh banyak pulau-pulau kecil, menyimpan banyak cerita sejarah dan peradaban yang besar sejak zaman dahulu. Letaknya yang strategis dengan kekayaan alam yang melimpah sejak pertama kali mampu direkam oleh catatan sejarah membuktikan bahwa Pulau Bangka adalah pulau yang bernilai historisitas tinggi.

Sebagai bagian dari sejarah besar, runtutan peristiwa yang pernah terjadi yang berkaitan dengan daerah ini juga menjadi perdebatan. Tidak saja perdebatan berkaitan dengan sejarah mula secara geografis, tetapi juga interaksi masyarakat didalamnya yang masih terus diperdebatkan oleh para peneliti dan tetua masyarakat didalamnya. Perdebatan tentang asal-usul kata Bangka sendiri adalah perdebatan yang belum final hingga sekarang. 

Banyak versi yang mencoba memberikan interpretasi atas kata bangka, namun bukti fisik tentang asal-usul kata ini sendiri belum ditemukan kecuali usaha banyak ahli untuk menghubungkan analisis mereka dengan berbagai peristiwa. Versi sejarah yang tampaknya paling kuat adalah versi sejarah Kota Kapur. Ditemukannya bukti sejarah otentik berupa prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 masehi memulai perdebatan tersebut secara ilimiah. Prasasti yang ditemuka di Sungai Menduk (Kabupaten Bangka Barat Sekarang) tersebut berisikan 240 kata bahasa Sanskerta. Prasasti tersebut berisi tentang peringatan kepada masyarakat di wilayah Kerajaan Sriwijaya tentang larangan untuk melakukan pemberontakan. Peringatan tersebut jelas dibuat oleh penguasa kerajaan Sriwijaya pada masa itu sehingga dipekirakan bahwa Pulau Bangka pada masa Kerajaan Sriwijaya telah menjadi pusat aktivitas yang ramai. Dalam prasasti Kota Kapur, sama sekali tidak disebutkan kata Bangka. Namun para ahli sejarah banyak menghubungkan Bahasa Sanskerta yang digunakan pada prasasti Kota Kapur dengan kata vanca yang kemudian mengalami perubahan kata menjadi Bangka tampaknya bisa diterima dengan nalar.

Versi lain menyebutkan bahwa kata Bangka berasal dari kata Bangkai yang menunjukan bahwa kata bangka adala tempat pmbuangan bangkai pada masa penjajahan. Meski demikian, asal-usul kata ini tidak memiliki bukti ilmiah sehingga anlisis versi Kota Kapur di atas lebih bisa diterima oleh masyarakat kebanyakan. Sebuah majalah pada tahun 1846 yang bernama Tijdschrift voor Nederlandsch Indie memuat tulisan bahwa daerah yang disebut Banca adala pulau yang dulunya bernama Chinapata atau China-Batto (Chinapata diduga adala daerah yang dulu pernah dilaporkan oleh seorang pelaut bernama Jans Huyghens van Linschoteen pada tahun 1595 di Amsterdam). Dulu daerah yang disebut Banca mencakup Palembang dan meluas ke arah barat yang kemudian disebut Bangka-Hulu dan
kemudian mengalami perubaha dialek menjadi Bengkulu sekarang ini. Ke arah Sumatera Timur, terdapat daerah yang bernama Bangka yang keyakinan banyak orangbtentang kemungkinan ini tidak nampak terlau besar sehingga belakangan banyak orang yang bahkan tidak pernah mendengar cerita ini.

* Pulau Bangka dan Sejarah *

Belanda pertama kali mendarat di Nusantara tepatnya di Banten Pulau Jawa pada tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman. Cukup lama setelah itu belanda baru melirik Pulau Bangka sebaga salah satu daerah potensial penghasil timah. Ketika Belanda ingin masuk ke Pulau Bangka daerah ini masuk pada kekuasaan Kesultanan Palembang. Hubungan pertama antara VOC dan daerah Bangka Belitung terjadi pertama kalinya pada tahun 1668. Pulau Bangka pada masa itu berada dibawah kekuasaan Sultan Abdurrachman.

Sebuah catatan kontrak antara Belanda dan Sultan Palembang pada tanggal 10 juli 1668 sebagaimana disebutkan dalam buku Kepulauan Bangka Belitung dengan editor Achmad Sahabudin, dan kawan-kawan (2003) menyebutkan bahwa Kesultanan Palembang mengakui Belanda dengan usaha monopoli timahnya dan Belanda akan mlindungi Kesultanan Palembang. Berikutnya pada tahun 1722, Kesultanan Palembang yang berada dibawah pemerintahan Sultan Mahmud Kamarudin mengadakan perjanjian yang berisi ketentuan bahwa VOC memegang hak monopoli perdagangan atas timah. Tahun-tahun setelahnya menunjukan hubungan dagang Belanda dan Kesultanan Palembang berlangsung sangat buruk, sebagai mana Ratu Mahmud Kamarudin gagal memerintah internalnya.

* Awal Penambangan Timah *

Penemuan timah petama kali di pulau Bangka memiliki beberapa versi. Setidaknya catatanya yang ditulis oleh Heidhues menyebutkan tiga versi penemuan, yakni pada tahun 1707, 1709, dan tahun 1711. timah pada masa awal penemuan tersebut merupakan komoditas yang sangat mudah dilihat karena timah terdapat dimana-mana. Horsfield dalam Heidhues mengatakan bahwa timah dengan mudah terlihat ketika penduduk setempat melakukan pembakaran ladang-ladang ubtuk ditanami oleh penduduk setempat. Logam timah tampak meleleh ketika penduduk melakukan pembakaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebenarnya timah pada masa awal abad ke-17 merupakan sebuah komoditas yang midah didapatkan. Hal ini menandakan betapa banyak kandungan timah yang ada di Pulau ini. Apalagi masa penambangan timah yang berlangsung selama 4 abad lebih dan hingga kini masa banyak penambangan timah yang dilakukan di berbagai tempat oleh penduduk dan beberapa perusahaan besar. Orang yang dianggap memperkenalkan penambangan timah di Pulau Bangka adalah orang-orang johor yang memiliki garis keturunan Cina yang beragama Islam dan juga merupakan kerabat Kesultanan Palembang. Abdulhayat dalam keluarga tersebut dan laki-lakinya yang bernama Wan Akub merupaka nama-nama yang banyak disebut dan dianggap merupaka orang-orang yang mempelopori penemuan timah di Mentok dan Pulau Bangka pada umumnya. Heidhues menyebutkan bahwa pada masuknya Orang-Orang johor tersebut, juga datang seorang Cina bernama Oen Asing (Boen Asiong) yang melakukan penambangan timah di kampung Belo Mentok. Orang ini pula yang melakukan berbagai macam gerakan pembaruan dalam penambangan timah. Didatangkan pada masa itu pekerja dari Cina, memperkenalkan penambangan timah dengan menggunakan mesin, teknik perapian untuk membakar timah yang lebih efisien, dan melakukan standarisasi bentuk dan berat timah.
Pada masa ini pula penambangan timah di Bangka mengenal istilah kuli dan kongsi. Kuli dalam ejaan lama koeli berasal dari bahasa Tamil yang artinya orang yang disewa. Sedangkan kongsi berasal dari bahasa Hakka, yaitu kwung-sze yang artinya penanganan atas dasar usaha usaha dan kepentingan bersama dengan tujuan mendapatkan keuntungan ekonomi bersama. Mulai dipekenalkan pula istilah tauke atau towkay yang artinya bos dan sinkeh yang artinya kuli Cina yang terikat pada tahun pertama dan bebas pada tahun kedua dan seterusnya.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sejarah penambangan timah pada abad ke-17 dan setelahnya adalah sejarah penambangan timah yang dilakukan oleh orang-orang Cina. Impor pekerja Cina dalam jumlah besar-besaran menyebabkan penduduk Bangka hingga sekarang juga banyak diwarnai kehidupan orang-orang Cina yang mula-mula datang untuk bekerja sebagai penambang pada akhirnya ikut memberikan andil dalam proses perkembangan kultural masyarakat lokal.

Tidak mengherankan jika saat ini penduduk Cina di Pulau Bangka mencapai 30 persen dari total jumlah penduduk propinsi ini. Sebagai salah satu bukti bahwa masyarakat etnis Cina sudah ada sejak dulu, masyarakat etnis Cina dapat dijumpai di berbagai pelosok di daerah Pulau ini. Sebutlah misalnya Mentok, Pangkalpinang, Toboali, Sungailiat, Belinyu, Koba, Sungiselan Jebus dan kampung-kampung kawasa penambang timah berpenduduk ramai.

* Penduduk Asli Pulau Bangka * 
Definisi tenteng penduduk asli Pulau Bangka hingga kini masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa penduduk asli Pulau ini adalah Suku Melayu, padahal pembahasan sebelumnya nyebutkan bahwa Suku Melayu adalah eksodus secara perlahan-lahan penduduk yang datang dari kerajaan johor dan Kerajaan Lingga-Riau.

Sejarah dipulau ini juga diwarnai dengan kedatangan orang-orang bugis yang menjadi lanun dan menguasai dan menguasai pulau-pulau kecil dan daerah pesisir Bangka. Cina juga adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan perjalanan perkembangan demografis pulau ini. Sebuah buku yang ditebitkan pada tahun 1954 (anonim) berjudul Republik Indonesia Propinsi Sumatera Selatan menuliskan bahwa penduduk asli Pulau Bangka adalah mereka yang merupakan hasil pertalian perkawinan antara pelaut-pelaut yang datang dari Jawa, Palembang, Minangkabau, dan Bugis yang menjelma menjadi penduduk asli yang baru. Jadi tampaknya Pulau Bangka dan Belitung pada mulanya tidak berpenghuni, melainkan didatangi oleh penduduk dari daerah lain dan kemudian membentuk kultur khas daerah ini.

Pada sekitar pertengahan abad ke-17, pasukan dari Kerajaan johor dan Kerajaan Minang datang untuk membantu penguasa setempat menumpas para lanun-lanun yang mengganggu aktivitas masyarakat. Kedua Kerajaan ini mendarat di Toboali dimana kemudian Kerajaan Minang menetap dan mempengaruhi budaya dan bahasa peduduk setempat, sedangkan Pasukan dari Kerajaan johor menuju Mentok dan kemudian menetap serta memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan budaya dan bahasa penduduk Mentok dan sekitarnya.

sumber : (https://www.facebook.com/notes/beautiful-prospective-bangka-island/sejarah-singkat-pulau-bangka/138493689367)